Pos Udara
Dulu, aku sering menulis banyak surat sebagai cara untuk memahami bagaimana persepsiku tentang diriku sendiri berhubungan dengan pandanganku terhadap dunia luar. Ketertarikan dalam seni puitis dari surat-menyurat ini bukan sekadar proses memahami kepribadian, tetapi tentang upaya sadar—seringkali untuk pertama kalinya—untuk membangun hubungan antara bagaimana aku menghargai diriku sendiri dan bagaimana aku melihat dunia di sekitarku (Sennett, 2021). Melalui surat-surat bergambar ini, aku mencoba menceritakan seberapa luas negaraku dibandingkan dengan Eropa atau Amerika Utara. Pulau Jawa saja luasnya tiga kali lebih besar dari Belanda, sebuah negara yang sempat menjajah kita selama tiga setengah abad. Namun, aku mempertanyakan mengapa begitu sedikit orang di luar yang tahu tentang Indonesia, sebuah kedaulatan yang telah menghasilkan begitu banyak komoditas untuk dunia. Hanya dalam momen-momen autentisitas—ketika kita sepenuhnya menyadari keberadaan kita dalam waktu, seperti hubungan kita dengan masa lalu (warisan), keterlibatan kita di detik ini, dan kefanaan kita di masa depan—kita dapat memahami keberadaan kita yang sesungguhnya. Dalam momen-momen itu, kita menjadi saksi atas keberadaan kita seutuhnya dan memahami bahwa keberadaan itu sendiri adalah kondisi fundamental yang memungkinkan segalanya untuk ada. Filsuf besar, Martin Heidegger, menyatakan bahwa pemahaman terdalam tentang “dasein” [keberadaan eksistensialis (being-in-the-world)] hanya mungkin diraih melalui kejujuran budi yang radikal (Richardson, 2012). –Melissa Sunjaya
Ref:
Richardson, J. (2012) Heidegger. 1st edn. Routledge. Available at: https://www.perlego.com/book/1620374 (Accessed: 23 January 2025).
Sennett, R. (2021) The Uses of Disorder. [edition unavailable]. Verso. Available at: https://www.perlego.com/book/3040248 (Accessed: 14 January 2025).