Senja X5
Aku masih punya jurnalku dari tahun 1997, waktu aku umur 23, untuk refleksi diri. Sepanjang hidup, aku sering mengalami berbagai mimpi aneh, dan beberapa visi itu menjadi kenyataan. Lacan menyatakan bahwa apa yang kita anggap sebagai kebenaran dibangun melalui narasi dan bahasa, yang berarti bahwa pemahaman kita tentang realitas secara inheren dibentuk oleh representasi simbolik (2020).
Perempuan-perempuan aneh dari berbagai latar belakang muncul dalam hidup dan mimpiku. Maka, aku memutuskan untuk mempelajari lebih banyak tentang narasi yang hilang dalam sejarah kita. Sebelum masa kolonial Belanda, perempuan di Jawa adalah penjaga keseimbangan dan pemimpin nusantara. Namun, peran mereka berubah secara drastis selama masa kolonial. Nenek buyutku adalah seorang Nyai. Meskipun ia berasal dari keturunan bangsawan, ia dijual saat usia tiga belas tahun kepada seorang perwira Belanda berusia 33 tahun, oleh ayah kandungnya yang terlilit hutang judi dan menghadapi masalah keuangan yang berat. Kisah-kisah perempuan ini menjadi terang dalam hidupku, sehingga aku melambangkan pencerahan ini sebagai rasa menikmati matahari terbenam—simbol dari upayaku mewujudkan fragmen mimpiku menjadi suatu makna. Kamu mungkin memperhatikan bahwa matahari ini muncul di banyak edisi ilustrasiku. Untuk menghormati perjalanan ini, aku menciptakan sebuah edisi khusus berjudul Senja. Semoga kamu juga menemukan senjamu. –Melissa Sunjaya
––
Ref:
Lacan, J. (2020) Écrits: A Selection. 1st edn. Routledge.