The Secret Garden of Admiral Kasarung

Diterjemahkan oleh Rassi Narika
Ilustrasi oleh Melissa Sunjaya

(TAMAN RAHASIA LAKSAMANA KASARUNG)

Dahulu kala, di pedalaman hutan Jawa hiduplah seorang laksamana penuh pesona bernama Kasarung. Wujudnya yang setengah manusia setengah kera tidak membuatnya menjadi buruk rupa. Dikatakan bahwa ibunya, yang adalah seorang dewi, memberikan mantera yang menghilangkan ketampanan wajah Kasarung. Ibu dan anak ini sepakat bahwa hanya dengan cara inilah Kasarung bisa menemukan cinta sejati dan abadi yang tidak menilai penampilan luar. Kasarung lalu meninggalkan khayangan dan tinggal di hutan demi menghindari orang-orang yang mencari keuntungan dalam situasi ini.
 
Dengan cepat, Laksamana Kasarung pun telah mengenali isi hutan dengan baik. Walaupun jarang ada kera terlihat di hutan lebat itu, kebijaksanaan dan gaya Kasarung yang berkelas membuatnya memiliki banyak teman serta dihormati oleh para penghuni hutan. Hutan adalah tempat yang misterius. Di sana pepohonan membisikkan cerita tentang kejadian ajaib dan sungai yang membawa deru laut membicarakan kisah sihir dari balik kabut alirannya. Tak heran, semua binatang yakin bahwa ada kisah menakjubkan di balik kehadiran sang Kera di sana.
“Laksamana datang!” sorak para babi hutan setiap kali Kasarung melintas. Dengan mengenakan seragam dan cerutu di tangannya, ia menyeberangi sungai untuk bercakap-cakap dengan para buaya. “Udara akhir-akhir ini sepertinya sedikit lembab,” ujarnya dengan penuh pesona. Kadang, saat beristirahat di atas pohon-pohon yang membentuk kanopi hutan, ia bersiul kepada para burung dan memuji kicauan merdu mereka. Namun, walaupun Kasarung suka bermain dengan teman-teman hutannya, ia terus teringat tujuan awalnya berada di hutan itu: untuk menemukan cinta sejati. Ia sering membacakan puisi kepada burung cinta demi mendengar pendapat mereka atau mengagumi kecantikan bunga mawar liar yang ia lewati saat sedang berjalan. Tetapi semua keindahan itu terasa hampa. Di malam hari, Kasarung pun menyibukkan diri dalam percobaan kimia dan penelitian botanis yang menjadi kegemarannya. Ia bertekad menciptakan sebuah taman yang dipenuhi bunga raksasa dan batang dengan bentuk yang istimewa untuk dipersembahkan kepada wanita yang dicintainya.
 
Suatu sore saat sedang berjalan-jalan ke sebuah danau, Kasarung melihat sebuah pondok yang tersembunyi di balik hamparan bunga teratai. Sembari menyusuri tepian danau, matanya tertaut melihat kecantikan anggun di antara bunga-bunga. Ia terpesona serta langsung jatuh cinta kepada seorang gadis berambut hitam panjang dan berkulit gelap. Kasarung begitu bersemangat. Namun karena tidak tahu harus melakukan apa, ia pun pulang untuk mendapatkan saran dari teman-temannya.
 
“Namanya Purbasari,” kata Angsa saat mendengar kisah Kasarung. “Ia suka memberi kami potongan roti, tetapi sangat pemalu bila bertemu makhluk asing.” Dengan bantuan pengikut setianya, kera yang cerdik ini pun menyusun rencana untuk bertemu dan memenangkan hati Purbasari.
 
Pagi berikutnya, Kasarung melompat ke danau dan berpura-pura tenggelam begitu mendekati pondok sang pujaan hati. Ketika Purbasari menariknya dari dalam air, Kasarung tersentuh atas kebaikan hatinya. Di balik kulit sang Putri yang kasar tersimpan keanggunan begitu menggoda. Saat sedang merawat sang Laksamana yang baru saja diselamatkannya, Purbasari sadar bahwa mereka sama-sama ingin menghabiskan hidupnya dengan orang yang tidak mempedulikan penampilan luar. Perkenalan yang menyenangkan itu berlanjut dengan pembicaraan panjang serta ajakan dari Kasarung untuk menjelajahi hutan. “Sebuah ide yang menarik,” pikir Purbasari yang sangat ingin menjelajahi hutan namun ragu untuk berada terlalu jauh dari pondoknya. Sejak itu, Laksamana Kasarung dan Putri Purbasari tidak terpisahkan. Kasarung memperkenalkan sang Putri kepada para penghuni hutan dan Purbasari mengajarinya nama-nama Latin dari setiap tumbuhan yang dilewati. Purbasari memperhatikan cara sang Laksamana memetik dan mengumpulkan Celosia cristata dan Amanita muscaria di dalam hutan. “Mengapa kau selalu melakukan itu?” Purbasari sering bertanya. Kasarung hanya tersenyum seraya mengecup tangan sang Putri. Ia tidak keberatan dengan jawaban dalam keheningan dari Kasarung karena sahabat terbaik membiarkan beberapa hal tersimpan dalam imajinasi saja.
 
Dua tahun setelah pertemuan pertama mereka, di tanggal kedua bulan kedua, Laksamana Kasarung mengadakan sebuah kencan istimewa. Purbasari tiba malam itu dalam keanggunannya dengan rambut yang tergerai. Hati Kasarung berdetak cepat saat ia mengajak Purbasari memasuki taman rahasia yang telah dirawatnya dengan sepenuh hati. Di dalam taman itu, ia melihat Celosia cristata raksasa dengan warna yang begitu indah sehingga langit malam dibuat bercahaya karenanya. Sementara di antara bunga-bunga itu, sebuah semak berdiri membentuk angka “2”. Sungguh sebuah malam yang istimewa. Dalam bisik terdengar kata-kata sang Laksamana kepada Putri Purbasari, “Seluruh kecantikan alam yang kumiliki ini, kini adalah milikmu, Putriku, karena kehadiranmu telah membawa damai bagi hidupku…”